Selasa, Desember 27

Mengurus Kartu T-Sel yang Hilang

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

   Sebelumnya saya bercerita kalau HP saya yang satunya hilang, tentu beserta kartunya. Seminggu yang lalu saya baru mengurus kartu tersebut. Kan lumayan, pulsanya masih ada 9 ribuan, nomornya lumayan cantik dan yang paling penting sangat murah kalau dibuat telpon karena itu kartu AS Madura yang sempat heboh-hebohnya dulu.

   Selasa siang saya pergi ke Grapari T-Sel Probolinggo dengan ditemani adik perempuan saya, kebetulan waktu itu saya sedang pulang ke Probolinggo. Saat mau mengambil nomor antrian, saya ditanya OB yang saat itu membantu customer agar mempercepat antrian, perihal keperluan saya. Saya disuruh mengisi formulir dahulu. Di formulir itu saya disuruh mengisi nama, nomor hp, nama ibu kandung, hobi dan 10 nomor yang terakhir sering saya hubungi. Cukup lama saya mengisi karena saya menulis sambil melihat nomor di HP saya. Orang-orang yang juga mengisi formulir sangat cepat, saya jadi heran, padahal yang diisi kan lumayan banyak. Setelah mengisi formulir, saya kembali ke petugas OB tadi dan diberi nomor antrian. Cukup lama kemudian giliran saya. Saya menyerahkan formulir yang tadi dan KTP asli, itu saja. Lalu saya ditanyai dimana kartu saya hilang, saya jawab di Surabaya. Dengan biaya Rp 25.000,00 saya sudah mendapatkan SIM card baru tapi dengan nomor lama saya, pulsa lama saya yang masih utuh yakni 9 ribu sekian dan ditambah bonus internet. Sebelumnya saya ditanya mau memilih bonus internet atau NSP. Internet dong! Katanya kartunya bisa langsung aktif. Alhamdulillah, prosesnya cepat, padahal tadi mengisi formulirnya lama. Malah orang-orang yang tadi mengisi formulir dengan cepat itu lama waktu berhadapan dengan customer servicenya. Ternyata mereka tidak lengkap mengisi formulirnya, ada yang mengisi nomor yang sering dihubungi itu 2 nomor saja, padahal dimintanya 10 nomor, sudah gitu nomor yang diisi benar sering dia hubungi tapi nomor tersebut jarang menghubungi orang itu. Jadi harus benar-benar nomor yang sering kita hubungi dan sering menghubungi kita.

   Sampai rumah saya aktifkan dan ternyata kartunya sudah 4G lho. Padahal saya tidak meminta tapi sudah sekalian diberi kartu 4G. Padahal kalau pakai kartu lama dan ganti ke 4G kan harus diurus juga di grapari. Bonusnya banyak pula, 10 GB 4G dan sekian ratus MB lokal data dan flash. Lumayan banget kan. Untungnya HP saya yang ini dual SIM card, jadi sekarang nomor saya dua-duanya di HP ini tapi kalau batrainya habis dan mau menelpon atau sms, tidak ada HP cadangan deh. Semoga anda lebih berhati-hati lagi menyimpan barang berharga anda agar tidak kehilangan barang berharga seperti saya. Yang mau mengurus kartu hilang dan bingung gimana sih caranya, apa saja sih yang perlu dibawa, semoga postingan saya bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jumat, Desember 16

Our Trip to Yogyakarta

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

   Setelah lama tidak mempost tulisan terbaru, alhamdulillah sekarang baru bisa. Jumat tanggal 9 Desember 2016, saya dan suami berangkat ke Yogyakarta. Alangkah senangnya hati saya karena ini adalah liburan impian yang lama kami rencanakan. Alhamdulillah hari Senin tanggal 12 Desember 2016 adalah tanggal merah yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari 2 bulan sebelumnya terbersit pikiran untuk berlibur ke luar kota yang cukup jauh hanya berdua dengan suami, mengingat sebelumnya kami tidak pernah melakukannya. Pernah sih ke Bali tapi dalam rangka kerja dan bertiga dengan rekan kerja suami, jadi feelnya pun berbeda. Pernah juga ke Magetan tapi ramai-ramai dengan keluarga saya. Jadi ini benar-benar kali pertama kami pergi ke luar kota yang cukup jauh, dalam rangka benar-benar berlibur dan benar-benar hanya berdua, setelah 10 bulan menikah. Alhamdulillah..

   Bulan Oktober, saya merayu-rayu suami untuk berlibur sambil menunjukkan kalender kalau ada tanggal merah di bulan Desember. Suami mengiyakan namun seperti kurang bersemangat, dia menyuruh saya saja yang mengatur semuanya karena dia masih sibuk bekerja. Jiwa sekretaris saya muncul, dengan sigap saya mengatur semuanya layaknya membuat itinerary untuk atasan. Saya pun mulai sibuk mencari-cari informasi hotel dan transportasi. Saya memilih Yogyakarta. Kenapa? Karena adik laki-laki saya mondok di sana, di Ponpes Bin Baz Bantul. Jadi kami bisa berlibur sekalian menengok adik saya, kebetulan suami belum tahu pondok tempat adik saya menimba ilmu. Saya ingin naik kereta api namun saya lihat di situs resmi PT. KAI, tiket kereta api kelas bisnis dan ekonomi untuk pemberangkatan Sabtu tanggal 10 Desember 2016 sudah ludes, tinggal yang kelas eksekutif. Padahal itu masih bulan Oktober. Wah, orang-orang memang paling hafal sama tanggal merah dan pintar sekali mengatur liburan, jauh-jauh hari mereka sudah pesan. Saya kira saya saja yang begitu. (hehe). Tentu budget juga sudah saya perhitungkan masak-masak. Betul niat berlibur tapi kita juga tidak boleh berfoya-foya lupa daratan menghabiskan uang. Lalu saya pilih alternatif lain yakni dengan menaiki bus Rosalia Indah. Saya sudah langganan naik bus ini ketika pergi ke Yogyakarta dengan keluarga saya dulu dan saya puas dengan servisnya. Meskipun busnya kelas eksekutif tapi harganya seperti kereta api kelas bisnis. Saya juga sibuk mencari-cari hotel yang bagus, murah dan dekat Malioboro. Saya sudah sering menginap di hotel di Jl. Dagen (daerah Malioboro) bersama keluarga saya dulu, jadi saya sudah lumayan hafal daerah Maliboro dan hotel-hotel yang recommended maupun tidak. Setengah kesusahan saya pun mengadu kepada suami yang masih santai-santai saja. Lalu saya bujuk rayu lagi agar suami ikut ambil alih mempersiapkan akomodasi untuk berlibur nanti. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat Jumat malamnya karena memang bus Rosalia Indah berangkatnya malam. Harga tiket bus Rosalia Indah naik karena musim liburan. Kami beli langsung di agennya di daerah Medaeng, dekat Terminal Purabaya. Kami juga mendapatkan hotel yang lumayan yakni Summer Season Boutique Hotel di Jl. Sosrowijayan (daerah Malioboro). Kami memesan lewat Traveloka. Oh ya, jika memesan lewat Traveloka sekalian langsung dari aplikasinya saja, harganya lebih murah daripada lewat webnya, meskipun sama-sama Traveloka. Tentu harus mendownload aplikasinya dulu di Google Play/Play Store. Lumayan, selisih 5 ribuan. Cara pesannya juga cukup mudah. Saya juga pesan penginapan di dekat Pondok Bin Baz. Di sana banyak penduduk yang memanfaatkan kesempatan untuk berbisnis seperti penginapan, jasa antar jemput, jasa persewaan motor dan sebagainya, mengingat jika musimnya sanak keluarga santri datang menengok pasti ramai dan bisa dijadikan ladang usaha. Sebagian rumah-rumah penduduk cukup banyak yang disulap menjadi penginapan yang murah meriah. Semua rincian perjalanan sudah saya perhitungkan dan catat di buku kecil saya, sampai ke bagian paling detail.

   Akhirnya hari itu tiba. Jumat tanggal 9 Desember 2016, setelah suami pulang kerja,  saya dan suami berangkat ke agen Rosalia Indah dengan menaiki motor. Motor kami titipkan ke pegawai Rosalia Indah karena kalau kami titipkan di terminal lumayan jauh, belum lagi jika jalan dari terminal ke agen Rosalia Indah sambil membawa barang-barang yang berat. Sebenarnya di agen Rosalia Indah tidak menyediakan penitipan motor, biasanya karyawannya akan membawakan motor kita, entah itu ke rumahnya atau dimana, yang penting aman, untuk tarifnya sukarela. Jam 20.00 WIB bus berangkat. Sekitar pukul 02.00 WIB bus berhenti di RM Padang di Caruban untuk servis makan bagi penumpang. Sambil ngantuk-ngantuk kami makan ala prasmanan (entah itu disebut sarapan atau makan malam ya). Alhamdulillah Sabtu jam 06.00 WIB kami sampai Bantul Yogyakarta. Telat dari perkiraan karena jalanan macet. Kami turun di pojokan Jl. Janti dan naik taksi menuju penginapan dekat Pondok Bin Baz. Kami rehat sejenak dulu, 1 jam kemudian kami menyewa motor pemilik penginapan dan berangkat menuju Pantai Parangtritis. Berbekal Google Maps, hampir 1 jam kemudian kami sampai. Di sana cukup ramai. Ombaknya sangat besar. Maghrib saya baru bertemu adik saya setelah dia bertemu suami saya duluan yang sholat maghrib di masjid pondoknya. Malam itu dia ijin untuk tidur di penginapan bersama saya dan suami. Jarak antara pondok dengan penginapan kira-kira 20 langkah kaki saja. Kami makan malam di warung terdekat, bakmi jawa ayam kampung Bu Partini. Saya pesan bakmi godhog, suami pesan bakmi goreng dan adik saya pesan nasi goreng. Cukup lama karena harus antri dan masaknya pun satu-satu menggunakan kompor arang. Rasanya sedap. Besok paginya, hari Ahad, seakan kurang, saya dan suami kembali menyewa motor dan berangkat menuju Kebun Binatang Gembira Loka yang terkenal itu. Kebun binatangnya lumayan bersih, koleksi satwanya cukup lengkap, mainan yang disediakan cukup variatif dan ramai oleh pengunjung. Tidak kecewa rekreasi ke sana. Jika dibandingkan Kebun Binatang Surabaya yang saat ini kurang terawat, Gembira Loka menang banyak. Setelah itu kami makan siang di Raminten yang cukup terkenal itu. Siangnya saya dan suami harus berpindah menuju hotel. Kurang lama rasanya bertemu adik saya. Jam menunjukkan pukul 13.30 WIB, kami diantar ke hotel oleh pemilik penginapan yang juga menyediakan jasa antar jemput. Kami check in tepat waktu, pukul 14.00 WIB. Malamnya kami jalan kaki ke Malioboro yang sangat padat. Kami makan malam di lesehan pinggir jalan yang harganya paling masuk akal karena sebelumnya kami lihat-lihat harga lalapan di lesehan lain sangat mahal. Kami juga membeli lumpia samijaya (depan hotel Mutiara) yang terkenal itu. Oh ya, kami membeli bakpia di Bakpiapia di Jl. Dagen. Menurut saya ini bakpia yang paling enak. Rasanya tidak monoton, ada keju, capucino, tuna pedas, nanas, coklat, pisang keju dan lain-lain. Ada juga ampyang tapi dari kacang mente ditambah rasa-rasa yang menggungah selera, seperti coklat, manis pedas dan jahe. Kami pun kembali ke hotel dengan perut kenyang dan kaki yang lelah. Senin pagi, hari terakhir kami di hotel. Kami kembali menyusuri jalanan Malioboro. Pertama kami menuju toko oleh-oleh bernama Gemah Ripah, kami membeli bakpia, aneka jenang-jenangan dan brem. Lalu kami menuju pasar Bringharjo untuk membeli daster untuk mama mertua saya. Waktu check out kian mepet, kami sempatkan membungkus nasi soto dan nasi pecel pinggir jalan untuk dimakan di hotel. Jam 12.00 WIB kami check out. Sambil membawa tas-tas yang lumayan berat kami 'mbambung' di pinggir jalan Maliboro (hehe). Kami duduk sebentar sambil berpikir mau kemana lagi. Kami mampir sebentar di RM fast food seberang lalu naik taksi menuju terminal Giwangan. Ya, kami memutuskan langsung pulang saja karena sudah lelah dan takut sampainya kemalaman. Kami memang belum memesan transportasi apapun untuk pulang, jadi dadakan saja karena memang sudah buntu mau naik apa, tiket kereta dan bus Rosalia Indah menuju Surabaya untuk tanggal 12 Desember 2016 pun sudah ludes. Ternyata di terminal sudah banyak yang menunggu bus. Bus patas menuju Surabaya lama belum datang, sementara bus AC tarif biasa bolak balik datang bergantian. Kami menunggu bus patas cukup lama sampai akhirnya menyerah dan memilih bus AC tarif biasa aja. Wah, ini first time bagi saya perjalanan cukup jauh naik bus umum ekonomi. Benar-benar sumpek di dalam bus, ditambah banyak penumpang yang berdiri. Alhamdulillah kami dapat tempat duduk. Pukul 16.00 WIB kami berangkat dan sampai Surabaya hari Selasa pukul 02.30 WIB, sekitar 10 setengah jam perjalanan. Belum lagi karyawan Rosalia Indah yang kami titipi motor bolak balik ditelpon tapi tidak menjawab, padahal motor kami sudah kelihatan mata diparkir di sana, kami tanya satpamnya katanya dia tidak dititipi kunci motor dan mungkin orang yang kami titipi ketiduran setelah tadi main PS. Akhirnya kami naik taksi menuju kos. Alhamdulillah kami sampai pukul 04.00 WIB. Esoknya baru kami ambil motor.

   Alhamdulillah kami masih diberi kesehatan dan rejeki untuk bisa menikmati bepergian ke luar kota. Namun sayangnya ada drama di akhir, HP saya yang satunya hilang dan saya baru sadar saat sudah di kos. Padahal saya ingat terakhir kali pada saat naik taksi menuju kos masih saya genggam. Kemungkinan tertinggal di taksi atau terjatuh di depan kos. Saya sudah mencoba menghubungi pihak taksi, katanya supir sudah mengecek kembali setelah saya dan suami turun tapi tidak ada yang tertinggal. Padahal itu HP pemberian mama saya, sejak SMA sudah bersama-sama, banyak memori yang tersimpan. Ah, ya sudahlah ikhlaskan saja. Saya cuma khawatir yang menemukan HP saya bisa melihat foto-foto pribadi saya yang tidak berjilbab dan bisa disalahgunakan. Perasaan saya jadi tidak tenang, kalau-kalau yang menemukan laki-laki. Sejak itu saya kapok dan tidak mau lagi menyimpan foto yang tidak berjilbab di HP yang ini. Saya hapus semua foto saya yang tidak berjilbab dan foto saya yang berjilbab tapi sangat menyorot wajah. Kini hanya ada foto saya dan suami, keluarga serta teman, pokoknya yang ramai-ramai dan tidak terlalu menyorot wajah, itupun berjilbab semua, khawatir kalau HP saya yang ini hilang juga lalu ditemukan oleh lak-laki lalu disalahgunakan. Naudzubillah. Terimakasih sudah menyimak, semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi liburan anda.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kamis, Oktober 27

Bedak Jadul Marck's Beauty Powder

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

   Halo para pembaca! Semoga anda sekalian selalu dalam lindungan Allah Azza Wa Jalla.

   Dalam kesempatan ini saya akan membahas bedak yang baru-baru saja saya beli, yakni bedak wajah Marck’s. Sebelumnya di pos “My Daily Make Up (1)”, saya berkata kalau ingin mencoba bedak Marck’s tapi menunggu kalau bedak Caring saya habis dulu. Namun nyatanya tangan ini sudah gatal ingin langsung membeli dan mencoba. Kebetulan bedak wajah mama saya hampir habis, jadi bedak Caringnya saya berikan ke beliau, baru kemudian saya membeli Marck’s. Kan jadi tidak mubadzir bedak Caringnya. Beginilah penampakan bedaknya.





   Saya membeli Marck’s Beauty Powder varian Rose di toserba Probolinggo. Harganya Rp 12.200,00. Toserba ini memang menjual barang-barang dengan harga yang cukup murah bila dibandingkan dengan supermarket lain yang sama besarnya di kota Probolinggo, apalagi untuk ukuran kota kecil seperti Probolinggo. “Urip nde kuto cilik pancen luwih murah, sembarang-sembarang regone murah (Hidup di kota kecil memang lebih murah, semua harganya murah-murah)”. Jika dibandingkan di kota Surabaya saja, mungkin harganya bisa sampai dengan Rp 15.000,00, padahal skala tokonya sama (tidak terlalu besar dan kecil). Kan lumayan selisih harga Rp 3.000,00 bisa untuk beli bakso (jiwa emak-emak selalu muncul). Makanya meskipun saya tinggal di Surabaya, namun untuk keperluan sehari-hari seperti sabun, sampo, deterjen, kosmetik sampai dengan beras pun saya ‘kulakan’ di Probolinggo, saat saya kebetulan pulang ke rumah orang tua, saya sempatkan belanja bulanan di toserba tersebut.

   Kemasan Marck’s cukup sederhana, namun juga cukup ribet bagi yang tidak terbiasa. Ya, bedak wajah ini berupa bedak tabur. Bagi yang sudah terbiasa memakai bedak padat, akan cukup kerepotan di awal menggunakan bedak Marck’s. Anda juga harus membeli puff (rembuk/saput bedak) sendiri jika belum punya karena tidak termasuk dalam kemasan bedak Marck’s (foto di atas puffnya saya beli terpisah), pun jangan membayangkan akan ada kaca/cermin di dalam kemasannya ya. Jadi kalau mau mengaplikasikan bedak di wajah, kita harus sedia cermin sendiri. Disarankan jangan bedak’an di depan kipas ya, nanti bedaknya akan berhamburan kemana-mana. Pertama mengambil bedaknya sedikit saja, jangan langsung banyak, takut nanti terlalu tebal. Baru kalau dirasa masih kurang bisa ngambil lagi.

   Marck’s Beauty Powder memiliki tiga varian warna, yakni putih, creme dan rose. Saya membeli yang rose karena sudah bosan dengan warna bedak yang itu-itu saja dan saya membayangkan wajah saya akan pink berseri-seri setelah memakai bedak ini. Benar saja, jika dibandingkan dengan bedak saya sebelumnya yakni Caring warna pink shell (number 02) yang warna bedaknya tetap saja warna krem, saat memakai Marck’s rose ini wajah saya lebih kelihatan pink dan segar. Untuk yang warna kulitnya sawo matang atau cenderung gelap bisa memilih varian creme. Jika bedak wajah lain tidak ada bau-bauannya, bedak Marck’s ini baunya segar. Senang deh pokoknya! Saya cocok sekali pakai bedak ini. Untuk kulit wajah yang agak kering mungkin jika memakai bedak tabur dikhawatirkan akan tambah kering tapi kembali lagi ke masing-masing individu yang memiliki jenis kulit dan kesensitivan yang berbeda-beda. Bisa saja si A yang berkulit kering ternyata cocok memakai bedak Marck’s. Tidak ada salahnya dicoba jika kebetulan bedak anda di rumah hampir habis, toh harganya cukup murah. Jika belum cocok di wajah anda, bisa dipakai untuk bedak badan. Kan jadi tidak mubadzir! Menurut saya, bedak ini cukup ampuh menebas biang-biang keringat di hawa yang cukup panas seperti ini. Bedak ini sudah ada dari jaman nenek moyang. Soalnya dari mbah saya dulu juga pakai Marck’s. Marck’s Beauty Powder adalah salah satu produk buatan Kimia Farma dan bisa juga didapatkan di apotek Kimia Farma dan apotek-apotek lainnya.

   Marck’s kini ada kemasan barunya lho! Dengan kemasan lebih mewah, modern dan praktis, tempat tidak lagi  dari plastik tapi dari kaca, terdapat lubang-lubang kecil di dalam kemasannya yang memudahkan penggunanya sehingga meminimkan bedak berhamburan kemana-mana dan sudah ada puff di dalam kemasannya. Tentu kemasan baru ini harganya lebih mahal dibandingkan kemasan lama, yakni sekitar Rp 20.000,00 ke atas, namun tetap cukup murah bila dibandingkan dengan bedak wajah lainnya. Sayangnya kemasan baru ini belum ada di Probolinggo.







   Kemasan lama tentu masih memiliki tempat di hati pecintanya tapi jangan khawatir, kemasan lamanya masih tetap tersedia kok.  Saya sudah search di instagram, masih banyak wanita mulai ibu-ibu sampai remaja-remaja yang masih setia menggunakan bedak Marcks’s. Bedak ini cocok untuk kulit wajah anda yang sudah lelah menggunakan berbagai macam kosmetik yang berat karena kandungan Marck's yang ringan. Jadi bagi anda yang 'pokoknya bedakan lah, biar cantik dan kelihatan segar', bedak ini sangat cocok dan kelihatan natural.

   Dengan harga yang cukup murah, isinya cukup banyak, tersedia dimana-mana (carinya gampang), baunya segar, bisa untuk menebas biang keringat, bisa dipakai tidak hanya di wajah tapi juga di badan, tentu saja saya jatuh cinta dengan bedak jadul ini. Sangat recommended untuk anda sekalian coba. Namun selera tiap orang tetap saja berbeda, hasilnya bisa dikembalikan ke anda sendiri. Selamat mencoba!


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kamis, Oktober 20

My Daily Make Up (2)

Bismillaahirramaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Langsung saya teruskan ke nomer selanjutnya ya..


6. Eye Liner & Celak
   Saya kurang tahu bedanya eye liner dan celak, Apakah eye liner untuk dipakai di garis atas mata dan celak untuk garis bawah mata? Ada yang bisa bantu jawab? Saya pakai eye liner merk Sophie Martin yang berbentuk pensil, berwarna Natural Brown. Tekstur ujung pensilnya sangat lembut tapi sangat rapuh, jadi kalau diruncingkan akan mudah patah. Kebetulan dulu ada teman yang bisnis Sophie Martin jadi saya coba. Harganya sekitar Rp 20.000,00, waktu itu sedang ada promo. Eye liner ini kurang bertahan lama.
   Untuk celak, saya pakai merk Lyra berwarna Wine Red. Kebetulan waktu itu saya sedang di toko semacam perlengkapan haji dan umroh, lalu saya tertarik. Bosan mencoba warna yang itu-itu saja, saya berani coba warna merah. Toh pakainya hanya di depan suami dan mahram. Teksturnya lembut namun kuat sehingga jika diruncingkan tidak akan mudah patah. Warnanya cukup bagus, merah agak tua dan bertahan cukup lama. Saya biasa pakai di garis bawah mata namun sesekali juga di garis atas mata. Harganya sekitar Rp 12.000,00. Keduanya jarang saya pakai sih, tergantung mood (hehe).






7. Pore Pack
   Saya memakai Biore Pore Pack yang berwarna hitam. Kegunaannya adalah untuk menghilangkan komedo. Itu tuh, bintik bintik hitam di hidung. Saya pakai tiap dua minggu sekali. Harganya sekitar Rp 10.000,00 dan satu pak isi 4 lembar pore pack. Saya pernah coba yang varian sakura, warna dasarnya putih dan bermotif bunga sakura pink plus wangi bunga yang menenangkan. Namun saya lebih suka yang hitam karena kalau dilepas, komedonya lebih kelihatan, meskipun yang hitam tidak ada wewangiannya. Cara pakainya, basahi dulu area hidung dan sekitarnya yang akan ditempeli pore pack, lalu dengan tangan kering lepas pore pack dari plastiknya dan tempelkan ke hidung, tunggu hingga 15 menit dan lepas. Hidung akan terasa halus dan bersih.Waktu melepas akan agak kesulitan dan sakit, jadi lepas pelan-pelan saja. Kalau masih sulit bisa basahi dengan air, namun warna hitamnya akan membekas di kulit, tinggal bersihkan dengan air.






8. Henna
   Saya bukan yang ahli memakai henna, tiap memakai jadinya selalu blepotan dan warna merahnya kurang. Padahal sudah saya diamkan sampai 2 jam, bahkan setelah kering saya tambahi lagi di atasnya, hasilnya tetap saja berwarna oranye, bukan merah, sekalipun di kemasannya bertuliskan warna merah. Saya memakai henna merk Bint Al Arab, belinya bersamaan dengan celak. Harganya sekitar Rp 15.000,00. Setelah mencoba merk Rani yang hasilnya juga kurang merah, menurut saya merk ini hasil akhirnya lebih merah daripada Rani. Lalu kenapa ada kuas lipstick? Karena alat peruncing di ujung henna ini saya hilangkan, jadi agar tidak meluber dan tambah blepotan, saya memakai henna dengan bantuan kuas lipstick, mumpung ada kuas lipstcik nganggur (hehe). Hasilnya lebih rapi namun tipis, jadi warnanya akan kurang merah. Mungkin perlu ditambahi lagi sampai hasilnya merah.





9. Deodoran
   Deodoran ini sangat teramat penting, terlebih untuk wanita biar tidak bau badan. Saya memakai Pixy Stick Deodorant varian Woody (oranye). Dulu saya pernah memakai deodoran yang berbentuk roll on dengan merk Rexona, Dove, Casablanca namun rasanya tidak enak. Kalau yang roll on setelah dipakai akan membekas, rasanya seperti sangat basah di ketiak, juga cepat hilang. Sedangkan yang stick rasanya tidak terlalu basah, hanya terasa dingin dan bertahan lebih lama daripada roll on. Sejauh ini deodoran yang berbentuk stick hanya merk Pixy saja deh. Nenek saya dulu juga pakai lho. Ada juga varian yang berwarna pink, tosca dan ungu. Saya sudah pernah pakai semua varian tapi menurut saya yang paling enak itu yang oranye dan pink. Harganya sekitar Rp 7.000,00. Bisanya saya pakai sehabis mandi pagi dan sore.





10. Bedak Badan, Parfum dan Lotion
   Untuk bedak, saya kadang memakai Spalding dan kadang memakai Enchanteur varian charming. Spalding wanginya segar, sedangkan Enchanteur wanginya manis. Saya biasanya pakai sehabis mandi pagi dan sore, diaplikasikan ke sekitar leher, bahu  dan punggung secara merata. Seperti bayi saja ya, pakai bedak badan! Soalnya wangi di depan suami itu harus. Jadi saya sengaja pakai perfumed talc, bukan bedak yang untuk gatal-gatal atau apa. Cuma cari wanginya kok (hehe). Harga Spalding sekitar Rp 8.000,00, sedangkan Enchanteur sekitar Rp 20.000,00.
   Untuk parfum, saya juga menggunakan merk Enchanteur varian Treasure. Wanginya enak sekali, kalem dan tahan lama. Saya juga pernah memakai varian lainnya yakni Romance dan Glamour, wanginya sama enaknya. Harganya sekitar Rp 20.000,00. Saya kan bukan tipe yang bela-belain beli parfum harga di atas Rp 100.000,00 hanya untuk parfum. Jadi saya coba yang murah-murah saja. Nah, diantara semua merk yang pernah saya coba (yang harganya murah), yang tahan lama memang parfum Enchanteur ini.
   Untuk lotion, saya memakai merk Marina Natural varian Rich Moisturizing. Harganya sekitar Rp 7.000,00. Sebelumnya saya pernah memakai varian Smooth & Glow, Nourished & Healthy, dan UV White. Semua cocok di kulit saya, jadi saya coba-coba varian lain karena penasaran sama wanginya. Sebelumnya saya memakai merk Nivea, Vaseline dan Enchanteur, semuanya bagus dan cocok di kulit saya, jadi saya memutuskan untuk memakai yang paling murah saja yakni Marina! Saya biasa pakai sehabis mandi pagi atau sore. Kulit jadi terasa halus, lembut, lembab dan wangi.
Semua wewangi-wangian ini hanya boleh dipakai di depan suami dan mahram saja lho ya.






   Sekian dari (bisa dibilang) review mengenai merk perawatan wajah dan badan yang saya pakai sehari-hari. Ada make up yang beberapa bisa dipakai ke luar (di depan non mahram) seperti pelembab wajah dan lip balm. Sedangkan yang lain hanya dipakai khusus di depan suami dan mahram. Diambil yang bagus-bagusnya saja ya, yang jelek jangan ditiru. Semoga anda tidak bosan membaca blog saya, yang dimana memang saya gunakan untuk mengisi banyak waktu luang dan mengungkapkan segala isi di otak saya, karena bagi introvert lebih mudah menulis daripada bicara. Terimakasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

My Daily Make Up (1)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


   Halo para pembaca! Semoga para pembaca selalu diberi kesehatan dan dilancarkan rejekinya oleh Allah Azza Wa Jalla.

   Kali ini saya akan berbagi cerita tentang make up dan skin care yang saya pakai sehari-hari. Barangkali para pembaca semua sedang bingung mencari make up yang cocok di kulit dan kantong  (hehe). Tentunya kegunaan make up adalah untuk merawat sekaligus mempercantik kulit, yang semuanya akan kembali pada diri kita sendiri dan yang utama untuk menyenangkan hati pasangan halal kita. Pasangan halal lho ya! Bagi yang sudah menikah, kita wajib mempercantik diri di depan suami untuk menyenangkan hatinya dan agar menambah rasa sayangnya kepada kita. Kata salah seorang ustadz, masa kita para istri tampil di depan suami memakai pakaian lusuh, daster yang sudah bolong-bolong, bau badan, rambut berantakan, wajah kusam? Meskipun misalnya suami kita berkata bahwa dia tetap mencintai kita apa adanya tapi sebagai istri tak ada salahnya kan mempercantik diri di depan suami kita! Jika dengan menyenangkan hati suami kita bisa mendapat pahala, kenapa tidak? Siapa yang tidak ingin mendapat pahala? Pastilah semua ingin mendapat pahala dan menjadi penghuni surga firdaus, surga tertinggi. Semoga kita semua bisa menjadi penghuni surga firdaus serta dikumpulkan bersama suami, anak-anak, orang tua, saudara dan orang-orang yang kita sayangi di jannah firdaus, aamiin. Bagi yang belum menikah, boleh saja mempercantik diri tapi jika berada di dalam rumah atau di depan mahram saja, karena jika kita mempercantik diri dan keluar rumah atau tampil di depan laki-laki non mahram akan dikhawatirkan menjadi fitnah. Bukankah Allah menyuruh para laki-lak untuk menundukkan pandangannya dan kita sebagai wanita hendaknya membantu para laki-laki untuk menundukkan pandangannya.

   Saya akan berbagi cerita tentang make up dan skin care, pokoknya perawatan badan yang bisa membuat badan kita menjadi cantik, terawat dan harum (hanya di depan suami atau mahram).Tentu dalam hal ini saya akan menyebut merk. Saya memilih produk tersebut dengan pertimbangan harga (tetap jiwa emak-emak), cocok/tidak cocok di badan saya dan pertimbangan lain adalah sekedar coba-coba. Karena dari coba-coba kita akan tahu apakah produk tersebut cocok/tidak cocok di badan kita. Kulit saya termasuk tidak rewel dan cenderung cocok memakai merk apapun, jadi saya lebih mempertimbangkan harga daripada cocok/tidak cocok di badan. Tentu setiap orang memiliki kulit dan selera yang berbeda-beda. Mungkin dari cerita saya, para pembaca tertarik untuk mencoba merk yang saya pakai dan barangkali cocok di kulit anda sekalian.

1. Pembersih dan Penyegar Wajah
   Saya memakai pembersih dan penyegar wajah merk Viva. Viva adalah salah satu merk kosmetik yang paling murah dan kosmetiknya sejuta umat (agak lebay), tapi beneran lho pembersih dan penyegarnya Viva ini OK banget dan banyak yang pakai! Selain harganya yang murah, dijamin TOP dalam hal membersihkan wajah dari sisa-sisa make up atau kotoran/debu/polusi yang menempel di wajah. Harganya sekitar Rp 4.500,00 – Rp 6.000,00 saja. Sebelumnya saya pernah memakai atau lebih tepatnya minta pembersih dan penyegar wajahnya mama saya yang bermerk Sariayu, OK juga sih tapi harganya lebih mahal dibandingkan Viva.
   Pembersih dan penyegar wajah Viva memiliki banyak varian, saat ini saya sedang memakai varian Milk Cleanser Green Tea dan face tonic Green Tea. Milk cleanser adalah sebutan untuk pembersih, sedangkan face tonic sebutan untuk penyegar. Namun untuk varian yang cucumber, sebutan untuk penyegarnya bukan face tonic melainkan Astringent tapi fungsinya sama saja. Varian lainnya yang pernah saya coba selain green tea juga cucumber yaitu lemon dan spirulina. Ada juga varian bengkoang dan mawar. Kalau saya cocok-cocok saja memakai semua variannya dan masih ingin mencoba varian bengkoang dan mawar. Di belakang produk tersebut sudah ada penjelasan varian tersebut diperuntukkan untuk jenis kulit yang seperti apa, namun karena kulit saya cenderung mudah beradaptasi jadi saya berani coba-coba bermacam-macam variannya.
   Saya memakai pembersih dan penyegar wajah Viva sebelum mandi pagi dan sore atau tambahan jika mau tidur bila perlu. Cara pakainya yakni usap milk cleanser secara merata di seluruh permukaan kulit wajah dengan tangan, bersihkan dengan kapas, nanti akan terlihat segala kotoran yang menempel di wajah. Kemudian usap face tonic secara merata dengan kapas, wajah akan terasa segar. Satu botol milk cleanser dan face tonic kira-kira bisa habis dipakai satu bulan dalam pemakaian rutin. Saya kan tidak memakai make up yang tebal-bagaimana-gitu, jadi tidak cepat habis. Biasanya face tonicnya dulu yang habis, atau terkadang milk cleansernya dulu yang habis, tergantung pengunaan.






2.  Pelembab Wajah
   Sebelum kita memakai bedak atau make up lainnya, pelembab wajah adalah make up paling dasar yang kita pakai. Saat ini saya sedang memakai pelembab wajah Wardah  Lightening Day Cream Step 2. Awal mencoba Wardah, saya memakai yang step 1 lalu saya beralih ke step 2. Kata PSGnya, step 1 untuk yang sebelumnya belum pernah memakai pelembab wajah Wardah, jika sudah memakai dan cocok bisa beralih ke step 2. Ada pula krim malamnya tapi saya tidak pakai karena (bagi saya) memakai krim siangnya saja sudah cukup, krim malam tidak terlalu perlu.
   Harga Wardah  Lightening Day Cream sekitar Rp 34.000,00. Saya rutin memakai Wardah  Lightening Day Cream Step 2 setiap habis mandi pagi atau sore, sebelum memakai bedak. Sebelumnya saya pernah memakai pelembab wajah merk Pond’s, Garnier dan Fairy and Lovely Multi Vitamin, namun yang paling lembab di kulit wajah menurut saya adalah Wardah. Namanya saja pelembab wajah, harusnya membuat kulit kita tidak kering meskipun beraktivitas di luar ruangan. Namun jika memakai tiga merk di atas, kulit saya justru menjadi kering, cuma dapat  putihnya saja. Padahal yang saya cari bukan putihnya tapi lembabnya. Kalau memakai pelembab wajah saja dan dipakai ke luar (tampil di depan non mahram), menurut saya tidak mengapa karena pelembab wajah hanya untuk melembabkan, sehingga tidak kentara kalau kita memakainya. Satu cup Wardah  Lightening Day Cream ini bertahan hingga 2 bulan atau lebih, mungkin karena saya pakainya rutin tapi sedikit-sedikit, makanya awet.






3.  Bedak Wajah
   Setelah memakai pelembab wajah, berikutnya kita bisa mengaplikasikan bedak di wajah kita. Saat ini saya sedang memakai bedak Caring Colours Dual Action Cake berwarna Pink Shell (number 02).  Harga untuk isi sekaligus tempat barunya sekitar Rp 50.000,00 – Rp 55.000,00. Sebelumnya saya pernah memakai merk yang sama namun tempat yang lebih kecil, harga isi sekaligus tempat barunya lebih murah. Saya juga pernah memakai merk Pigeon dan Wardah. Untuk Pigeon, menurut saya kurang berasa tebal. Memakai banyak pun rasanya seperti tidak memakai bedak, jadi saya beralih (ikut-ikutan mama) memakai Caring Colours, hasilnya lumayan. Jika dibandingkan dengan Wardah sebenarnya tidak jauh berbeda. Hanya saja waktu saya memakai Wardah, tidak sengaja tempatnya pecah lalu saya beralih lagi ke Caring Colours.
   Semua yang saya sebutkan di atas adalah bedak padat. Biasanya saya memakai bedak saat sehabis mandi dan setelah memakai pelembab. Bedak ini bisa bertahan sekitar setahun atau lebih. Entahlah mungkin karena bedak padat dan penggunaannya tidak banyak (tebal), padahal sudah sering saya pakai tapi lumayan hemat di kantong. Selanjutnya saya ingin beralih ke bedak yang cukup jadul yakni Marcks tapi tunggu bedak Caringnya habis dulu ya.




4. Lip Balm (Pelembab Bibir)
   Lip balm sangatlah penting untuk saya karena bibir saya termasuk kering. Lip balm yang sedang saya pakai adalah Nivea Sun Protect dengan SPF 30. Tulisannya sih waterproof tapi menurut saya tidak terlalu. Mungkin akan tahan hanya beberapa menit dan jika terkena air akan membekas sedikit atau malah hilang. Saya juga tidak tahu apakah karena bibir saya yang sangat kering, mungkin jika dipakai oleh orang yang bibirnya tidak terlalu kering, akan bertahan sedikit agak lama.
   Harganya Rp 16.500,00. Warnanya putih, bukan bening. Kalau dipakai agak tebal akan kelihatan sedikit putih di bibir. Saya sering pakai tiap saya perlukan atau jika bibir sudah terasa kering karena lip balm ini tidak bertahan lama. Saya juga pakai jika keluar karena ini lip balm, bukan lipstick yang berwarna dan memang benar-benar saya butuhkan untuk melembabkan bibir yang kering. Sebelumnya saya pernah memakai merk yang sama namun yang varian Fruity Shine Strawberry, warnanya agak merah tapi tidak terlalu jelas dan bibir kelihatan mengkilap seperti habis makan gorengan. Saya juga pernah mencoba merk Oriflame Tender care, Lip Ice (warna bening) dan Wardah rasa vanilla. Dari semuanya yang paling saya suka adalah Wardah namun kemasannya berbentuk cup, jadi harus menggunakan bantuan jari untuk mengusap di bibir (agak ribet). Yang membuat saya suka dengan lip balm Wardah adalah warnanya bening, bertahan agak lama, aromanya enak seperti es krim/kue dan tentunya harganya yang murah yakni sekitar Rp 14.000,00. Lip balm Nivea bertahan 6 bulanan atau lebih, sedangkan lip balm wardah bertahan 4 bulanan. Mungkin berikutnya saya akan kembali menggunakan lip balm Wardah namun varian rasa lain.







5.  Lipstick dan Eye Shadow
         Lipstick dan eye shadow ini cukup jarang saya pakai. Mungkin kalau lagi mood saja. Dulu saya beli waktu menjelang pernikahan saya, untuk berhias di depan suami tercinta saat akad nikah. Kalau tidak menjelang pernikahan, mungkin saya tidak akan beli karena saya tidak suka dandan menor-menor, toh mau dandan untuk siapa juga dulu kan. Keduanya bermerk sama, yakni LT Pro. Untuk lipstick, saya memakai varian Velvet Matte Lipsctick yang berwarna Sunset Pink (number 109). Dulu saya mintanya yang warna bibir, sama PSGnya dikasih ini. Menurut saya, ini bukan warna bibir. Warnanya pink yang sangat muda. Setelah memakai tipis-tipis saja warnanya tidak terlalu pink, namun beberapa menit kemudian warnanya akan berubah menjadi sangat pink, jadi cukup pakai tipis saja.
          Saya selalu pakai lip balm dulu, baru kemudian lipstick. Untuk ketahanannya, tidak terlalu lama. Apakah karena saya pakainya tipis dan bibir saya cukup kering ya? Harganya sekitar Rp 80.000,00.
          Untuk eye shadow, saya pakai yang Perfecting Eye Colour EM 09 kemasan refill. Warnanya pink. Kalau dipakai tipis saja, wajah sudah kelihatan flawless and sweet but natural. Ketahanannya cukup lama. Harganya sekitar berapa ya, maaf saya lupa (hehe).




Karena kepanjangan, saya lanjutkan di bagian kedua ya. Terimakasih.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh




Sabtu, Oktober 8

I Love You, Habatussauda!

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

   Halo para pembaca yang mudah-mudahan selalu dirahmati oleh Allah Azza Wa Jalla.
Siapa yang tak tahu habatuusauda? Ah, masa di zaman modern seperti sekarang ini ada yang belum tahu habatussauda sih. Wong itu sudah ada waktu zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan termasuk sunnah beliau. Tak apa untuk yang belum tahu, akan saya terangkan sedikit.

   Habatussauda memiliki nama latin Nigella Sativa atau orang Indonesia sering menyebutnya jintan hitam adalah termasuk rempah-rempah yang biasa digunakan untuk obat segala jenis penyakit atau terkadang untuk bumbu masakan. Bentuknya berupa butiran biji berwarna hitam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara jelas menyebut habatussauda di dalam hadits yang berbunyi, "Sesungguhnya di dalam Habatussauda (jintan hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit, kecuali kematian." (HR. Bukhori & Muslim)

   Nah, kalau sudah jelas-jelas Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata demikian, kita tidak perlu ragu lagi akan khasiat habatussauda. Namun sebenarnya tujuan utama mengonsumsi habatussauda bukanlah sekedar itu, melainkan untuk menerapkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam di segala aspek kehidupan kita. Barulah setelah tujuan tersebut tercapai, kita boleh mengharapkan tujuan lain seperti mendapatkan khasiat dari habatussauda. Sudah mendapatkan pahala karena menerapkan sunnah, dapat khasiatnya lagi! Bagaikan menyelam sambil minum air kan!

   Habatussauda kini banyak dijual dalam dua varian yakni masih berbentuk butiran biji berwarna hitam dan yang sudah diolah menjadi bentuk minyak, yang keduanya sudah dimasukkan ke dalam kapsul. Ada pula yang berbentuk minyak namun tidak dimasukkan ke dalam kapsul, jadi meminumnya seperti minum obat sirup. Untuk yang tidak mengalami keluhan atau kondisi sehat/normal, habatussauda yang berupa butiran bisa diminum 3 x 1-2 kapsul sehari, sedangkan untuk yang mengalami gangguan kesehatan bisa ditingkatkan menjadi dua kali lipatnya atau lebih. Namun jika anda sedang mengonsumsi obat-obatan farmasi dari dokter, jangan diminum berbarengan ya, anda bisa memberi selang waktu sekitar satu jam. Untuk yang berupa minyak, dosisnya biasanya lebih sedikit karena sedikit saja memang sudah sangat terasa di badan. Tentu harganya lebih mahal yang berbentuk minyak daripada yang berbentuk butiran. Habatussauda bisa dibeli di toko-toko yang menjual Thibbun Nabawi (pengobatan ala Nabi), toko obat herbal, toko perlengkapan haji & umroh dan apotek. Harga habatussauda yang berupa butiran sekitar Rp 45.000,00 - Rp 60.000,00 per botol besar (isi 210 kapsul), sedangkan yang berupa minyak sekitar Rp 80.000,00 - Rp 100.000,00 tergantung ukurannya berapa mili liter. Saya kurang tahu harga tepatnya yang berbentuk minyak, karena belum pernah membeli, hanya pernah melihat-lihat saja. Waktu itu saya melihat harga yang berupa minyak Rp 90.000,00.

   Habatussauda dikemas dalam berbagai merk, namun menurut saya semua merk sama saja, semua tetap berbahan 100% jintan hitam . Saya sendiri biasa mengonsumsi yang berbentuk butiran karena lebih murah (jiwa emak-emak). Bermacam-macam merk sudah saya coba, ya sama saja kok. Saya membeli merk habatussauda tergantung pada merk apa yang tersedia. Kalau sedang banyak pilihan, saya membeli yang paling murah saja (tetap jiwa emak-emak) karena sama saja. Kalau papa saya cocok dengan satu merk saja, tidak mau berpindah ke lain merk. Hmm, semua tergantung kepada selera. Habatussauda ini diminum satu jam sebelum makan atau bagi yang memiliki magh bisa diminum sesudah makan. Bagi anak-anak tentu sangat aman, namun dosisnya harus dikurangi, Di kemasannya sudah ada panduan untuk dosis minum bagi dewasa dan anak-anak kok.

   Saya sendiri mulai mengonsumsi habatussauda dari sekitar 6 tahun yang lalu. Saat itu papa saya sudah lebih dulu mengonsumsinya. Sebelumya saya sering mengalami sariawan yang tidak beralasan. Biasanya penyebab awal sariawan karena ada trauma (tidak sengaja tergigit), namun saya tidak. Sariawan yang saya alami rutin setiap bulan dan jika sudah sariawan, akan lama sembuhnya. Saya sudah meminum larutan panas dalam/penyegar dan obat tetes/kumur sariawan tapi justru semakin parah. Rasanya sungguh tersiksa, makan tidak enak, bicara tidak enak. Semua berubah sampai papa saya memperkenalkan habatussauda. Saya mulai meminumnya, namun dosisnya belum sesuai dengan yang dianjurkan, masih 1 kapsul sehari. Alhamdulillah, sariawan saya jadi cepat sembuh dan saya mulai jarang terserang sariawan. Saya merasa daya tahan tubuh saya meningkat semenjak mengonsumsi habatussauda. Memang, habatussauda sangat ampuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Untuk itulah sangat perlu diminum dengan teratur meskipun badan sedang sehat, jangan tunggu sampai sakit baru minum habatussauda. Pun efeknya tidak langsung terasa. Jika baru mulai mengonsumsi 1-2 hari belum begitu terlihat, baru kalau sudah rutin mengonsumsi dalam waktu seminggu saja sudah terasa di badan. Untuk ibu hamil dan menyusui juga sangat aman kok. Ini kan bukan obat-obatan kimia tapi herbal dan SUNNAH!

Ini contoh habatussauda yang sedang saya konsumsi:



   Dulu saat kuliah, teman saya main ke kos-kosan saya. Dia melihat saya sedang memasukkan 3 kapsul sekaligus ke dalam mulut. Dia spontan bertanya, "Apa itu? Obat apa? Kamu minum narkoba ta?", sambil bercanda. Sambil tertawa, dalam hati saya berkata wal'iyadzubillah. Saya tahu kalau dia sedang bercanda dan benar-benar awam tentang habatussauda. Langsung saya jelaskan saja kalau itu habatussauda beserta banyak manfaatnya, seperti sedang promosi. Saya setiap hari mengonsumsi 3 kapsul yang langsung saya minum sekaligus. Namun jika badan dalam kondisi kurang fit, saya tingkatkan dua atau tiga kali lipatnya. Tidak ada efek sampingnya sama sekali kok jika dosisnya ditingkatkan. Mungkin bagi yang lambungnya kurang kuat, jika diminum sebelum makan, perut akan berbunyi seperti 'krucuk-krucuk' dan rasanya seperti lapar sekali, perut terasa kosong sekali tapi tidak mengapa, lebih baik diminum setelah makan saja. Saya merasakan sendiri manfaat nyata dari habatussauda. Banyak! Seperti daya tahan tubuh meningkatkan, tidak mudah capek, jarang sariawan, jika sariawan akan cepat sembuh dll. I love you, habatussauda! Masih ragu mengonsumsi habatussauda? Coba sendiri deh!

   Sekian pembahasan tentang habatussauda, semoga pembaca yang belum mengonsumsi habatussauda bisa mencoba untuk mulai mengonsumsinya. Tentu yang memberi kesehatan dan kesembuhan hanya Allah semata. Bagi yang sudah mengonsumsi tapi belum rutin, dirutinkan ya agar manfaatnya lebih terasa.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh







Senin, Oktober 3

My Daily Life

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

   Halo para pembaca! Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk menulis lagi, ini adalah tulisan ke-6 saya. Afwan kalau bahasa saya masih blepotan dan tidak ada foto sama sekali di tulisan saya, karena saya menulis blog memakai aplikasi blogger di HP android. Padahal saya ingin sekali mengupload foto print USG anak saya di cerita IUFD yang lalu, agar para pembaca bisa melihat seperti apa foto anak saya yang masih berusia 12 minggu dan foto terakhirnya saat berusia 21 minggu di dalam kandungan. Tentunya juga agar tulisan saya lebih menarik, sehingga pembaca sekalian tidak bosan melihat blog saya yang isinya (masih) tulisan semua. Pun tulisan saya jadi terbatas karena karakter di aplikasi blogger terbatas. Maafkan saya, seharusnya kan tidak boleh ada alasan demi para pembaca, kan ada laptop.-Tapi lebih enteng pakai hp, kan bisa ngeblog sambil tidur-tiduran.- (hehe)

   Salah seorang teman saya, memberi usulan agar saya berbagi cerita tentang bagaimana menjadi ibu rumah tangga di usia muda. Gomawo idenya, chingu-ya. Tujuannya agar bisa menginspirasi para perempuan muda yang masih lajang, yang 'takut' untuk berumahtangga, masih ingin melanjutkan pendidikan dan mengejar karier, yang mengira pernikahan dan menjadi ibu rumah tangga (saja) itu momok menakutkan, katanya tidak bisa berkarya lagi, nanti jadi tidak ada kegiatan di rumah, membosankan, jadi tidak bebas padahal masih muda, menikah nanti-nanti saja kalau sudah berumur hampir 30an dsb. Jangan kira ibu rumah tangga itu nganggur ya, banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan imbalannya bukan uang tapi pahala!

   Sebenarnya urusan memasak, mencuci dll itu bukan kewajiban istri. Kewajiban istri ialah melayani suami dan menjaga kehormatan serta harta suami dan anak. Sementara suami wajib mencari nafkah untuk sang istri, dimana memberi makanan yang sudah siap tersaji (matang) juga termasuk kewajiban suami. Jadi sebenarnya pekerjaan rumah yang dilakukan semua ibu rumah tangga iitu adalah sedekah, karena dengan suka rela membantu dan meringankan tanggung jawab suami. Jadi pastilah imbalannya adalah pahala. Terlebih Allah menyuruh kita para wanita untuk berada di dalam rumah. Tentunya wanita sangatlah spesial sampai-sampai kita dilindungi bak mutiara di lautan terdalam. Dengan menaati perintah Allah untuk berada di dalam rumah, melayani suami dengan sebaik-baiknya, menjaga kehormatan dan harta suami serta anak, imbalannya tentu pahala yang besar. Siapa yang tidak ingin masuk surga, terutama surga firdaus, surga yang paling tinggi. Bisa bertemu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi, serta melihat wajah Allah. Sungguh kenikmatan tertinggi.

"Jika kalian meminta pada Allah, mintalah padaNya surga firdaus, surga tersebut adalah surga yang paling utama dan surga yang paling tinggi." (HR. Bukhari)

   Kenapa saya memberi judul My Daily Life, karena saya akan bercerita tentang aktivitas sehari-hari saya sebagai ibu rumah tangga agar pembaca tahu betapa mengasyikkannya. Sebelumnya, saya pernah bekerja di dua perusahaan swasta berbeda. 4 bulan setelah lulus, tepatnya Januari 2016 lalu, saya bekerja di perusahaan perkapalan dan perikanan di Probolinggo sebagai staff administrasi, namun hanya bertahan seminggu lalu saya resign. Waktu itu kurang satu bulan lagi pernikahan saya. Dua bulan setelah menikah tepatnya April 2016, saya dan suami pindah dan menetap di Surabaya. Suami bekerja di perusahaan konsultan teknik. Seminggu kemudian saya menyusul bekerja sekantor dengan suami, tentunya atas ijin suami. Namun lagi-lagi tidak bertahan lama, sebulan kemudian saya resign. Alasannya? Hmm.. Saya adalah orang introvert. Mungkin ada yang belum tau apa itu introvert.

   Secara umum, di dunia ini ada dua tipe kepribadian yakni ekstrovert dan introvert. Ekstrovert adalah tipe orang yang suka bersosialisasi, terbuka, ekspresif, suka keramaian, suka menjadi pusat perhatian, mudah mengungkapkan pikirannya kepada orang lain. Tentu introvert adalah lawannya ekstrovert, tidak suka bersosialisasi, tertutup, tidak eskpresif sehingga dikira pemurung, suka menyendiri, tidak suka menjadi pusat perhatian, menyimpan pikirannya untuk dirinya sendiri, seperti punya dunianya sendiri. Sebelum saya bekerja, saya pikir bekerja akan sulit untuk saya karena saya harus beradaptasi betul dengan karyawan lain dan berinteraksi dengan banyak orang di waktu yang cukup lama (jam kerja), namun sepertinya asyik bisa mendapatkan uang dari jerih payah sendiri lalu membelikan sesuatu untuk orang tua dan adik saya. Setelah dicoba? Ya tidak bertahan lama. Untuk seorang introvert, berada di tengah-tengah banyak orang apalagi untuk waktu yang cukup lama akan menguras energi, ya betul-betul menguras energi, seperti habis berolahraga berjam-jam. Rasanya melelahkan. Sekalipun karyawan lainnya baik dan ramah, ini bukan perkara berinteraksi apakah dengan orang yang baik atau tidak, tapi berinteraksi itu saja sudah melelahkan. Untuk ekstrovert mungkin tidak percaya tapi untuk pembaca yang introvert pasti mengerti betul. Terlebih saya adalah seorang introvert yang paling introvert dari semua tipe introvert. Jadi introvert itu bisa dibagi lagi menjadi delapan tipe introvert. Nanti kalau saya jelaskan malah kepanjangan. Mungkin di lain kesempatan saja ya, insya Allah. Akhirnya saya tidak pernah bertahan lama bekerja di 'luar'. Waktu resign di perusahaan yang terakhir, saya sudah hamil 1 bulan.

   Setelah resign, aktivitas saya menjadi ibu rumah tangga. Mungkin belum bisa dikatakan ibu rumah tangga seutuhnya karena waktu itu sedang hamil, saya jadi agak malas-malasan. Tapi tetap ada saja yang dikerjakan. Di Surabaya saya dan suami tinggal kos di kos-kosan pasutri, mengingat suami berencana tidak akan lama bekerja di Surabaya dan kalaupun mencari rumah kontrakan yang tidak terlalu besar tapi bersih, cukup terawat, tidak jauh dari kantor dan dengan harga yang murah pastilah sangat sulit. Kebanyakan rumah kontrakan di Surabaya juga memiliki masa sewa minimal dua tahun, padahal kami berencana kembali lagi ke Malang insya Allah akhir tahun ini. Namanya Surabaya, kota besar, di sini banyak kos-kosan bagus dengan fasilitas memadai, terlebih untuk pasutri, jadi kos-kosan saja sudah cukup, apalagi kami (masih) berdua, belum memiliki anak. Waktu itu kami masih di kos yang lama, dapur berada di lantai satu padahal kamar kami di lantai dua, apalagi saya sedang hamil, tidak memungkinkan untuk naik turun demi memasak, jadi saya tidak memasak, hanya memasak nasi menggunakan rice cooker, lauknya beli. Pagi saya menyiapkan sarapan. Setelah suami berangkat kerja, saya menyapu dan mengepel kamar lalu merendam baju kotor. Siangnya saya mencuci baju. Suami pulang ketika jam istirahat, membawakan lauk. Malamnya saya menyetrika baju. Di banyak sela-sela itu saya menghabiskan waktu dengan bermain laptop dan tidur-tiduran. Sendirian. Ya, merdeka sekali rasanya. Saya bisa menikmati banyak me-time. Hanya dua bulan kami di kos-kosan itu, kemudian kami pindah ke kos-kosan yang lebih bagus, fasilitas lebih memadai dan lebih dekat dengan kantor suami. Kali ini kosnya memiliki dapur di setiap dalam kamar, tentunya kamar mandinya pun di dalam kamar, sama seperti kos sebelumnya. Setelah saya mengalami IUFD, saya jadi giat masak, terlebih sudah ada fasilitas dapur di dalam kamar. Setiap pagi saya belanja lauk di pasar, cukup dekat dari kos. Biasanya diantar suami, kadang berangkat sendiri. Pulang dari pasar saya langsung memasak untuk sarapan. Setelah suami berangkat kerja, saya mencuci dan menyetrika baju. Saya mencuci setiap dua hari sekali, karena saya mencuci dengan tangan dan yang dicuci adalah baju saya dan suami, jadi cukup banyak. Lebih enak kalau mencuci sering tapi sedikit-sedikit daripada langsung seminggu sekali tapi langsung banyak. Kemudian saya membersihkan kamar. Selebihnya? Ya santai, tidur-tiduran, bermain hp/laptop serta aktivitas kecil lain yang bermanfaat seperti menulis blog ini (hehe).

   Intinya ibu rumah tangga dan wanita yang bekerja di 'luar' itu sama-sama bekerja tapi ibu rumah tangga jam kerjanya lebih santai, tidak ada yang mengatur, bagaikan bos di 'kantor'nya sendiri (anggap saja rumah itu kantor), tidak usah 'ngoyoh' tapi uangnya insya Allah tetap mengalir (uang suami (hehe). Enak toh? Enak dong! Namun saya tetap menghargai dan mengapresiasi para wanita yang bekerja di 'luar'. Mereka tentunya memiliki alasan tersendiri, entah itu membantu suami untuk mencari nafkah (meskipun itu kewajiban suami), yang tentunya jangan sampai melalaikan kewajiban sebagai istri serta ibu dan tentu saja yang utama beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla. Bayangkan, wanita yang bekerja di 'luar' tapi setelah pulang ke rumah tetap melayani suami dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci baju dll, betapa luar biasanya ya mereka, energinya itu lho. Kuat sekali! Saya saja dulu waktu bekerja lalu pulang ke rumah dan tetap mengerjakan pekerjaan rumah, rasanya tidak kuat. Pahala yang besar juga insya Allah bagi mereka yang berniat bekerja untuk meringankan beban suami, bukan semata-mata untuk memenuhi hawa nafsunya sendiri. Ada beberapa wanita yang tetap bekerja padahal gaji suaminya sudah cukup bahkan lebih. Apa yang mereka cari? Bukankah Allah menyuruh kita untuk berada di dalam rumah.

   Kesimpulannya, jadi ibu rumah tangga terlebih di usia muda itu enak sekali. Bahagia saat melayani suami tercinta. Terlebih bagi ibu-ibu muda yang sudah memiliki momongan, kalau anaknya sudah besar nanti, ibunya masih muda, masih sehat, insya Allah, bisa melihat anak menikah, menggendong cucu. Yang utama adalah pahala yang tak terkira saat kita melakukan semua pekerjaan rumah dengan ikhlas, tanpa mengeluh, berniat mencari pahala dari Allah. Semoga suami-suami kita selalu dilindungi oleh Allah, dijauhkan dari godaan setan untuk bermaksiat, dilancarkan rejekinya, diberikan rejeki yang halal dan barokah, diberikan kesehatan dan kekuatan agar bisa terus menafkahi keluarga, aamiin. Untuk yang masih ragu atau takut untuk menikah dan menjadi ibu rumah tangga muda, semoga setelah membaca tulisan saya yang sangat terbatas ilmunya ini bisa membuka pikiran kalian. Maaf jika banyak kesalahan dalam tulisan saya. Untuk yang ingin bertanya, memberikan kritik dan saran bisa langsung komen di bawah ya. Syukron. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Rabu, September 28

Jadi Cinta Masak!

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

   Bagi teman-teman yang kurang bisa atau belum bisa masak (terutama para wanita), janganlah berkecil hati. Saya ingin berbagi cerita, terus terang dulu saya sama sekali tidak bisa masak. Urusan dapur semua dihandle oleh mama. Mau ikutan gimana, susah. Lha wong ratu di rumah ya mama dan tidak bisa ada lebih dari satu ratu di rumah. Otomatis di dapur yang berkuasa ya si ratu (buat lelaki mungkin kalau baca ini kurang mengerti maksudnya, ya ini memang antara wanita saja). Mama jagonya masak. Saya dulu melihat mama, wah banget deh pokoknya soalnya waktu itu saya belum bisa masak. Paling cuma bisa menggoreng telur, tahu, tempe dan memasak nasi/mie goreng. Sayur-sayuran saja belum bisa masaknya. Semua berubah sampai mendekati pernikahan saya.

   Jadi ceritanya nih saya baru lulus kuliah tahun lalu, tepatnya bulan September 2015. Saya lulusan D3 di perguruan tinggi negeri khusus program vodkasi (diploma) di kota Malang. Alhamdulillah bulan depannya yakni Oktober, saya langsung dikithbah oleh seorang lelaki yang kini menjadi pacar halal saya. Secara alami perasaan ingin bisa memasak itu ada dengan sendirinya, padahal sebelumnya tidak ada sama sekali ketertarikan untuk memasak. Sekalipun diajari, hanya masuk ke telinga satu dan keluar lewat telinga satunya. Tapi setelah dikithbah, perasaan ingin bisa memasak dan menyuguhkan masakan terenak untuk suami itu kian memanggil!

   Akhirnya saya berguru ke siapa lagi kalau bukan mama sendiri. Saya mencatat resep-resep masakan sehari-hari, seperti sayur-sayuran (sop, sayur bayam, sayur asem dll), lauk-laukan (dadar jagung, teri nasi goreng dll). Semua dimulai dari yang paling gampang, ya karena saya betul-betul tidak bisa memasak. Sayapun tidak pernah belanja di pasar atau 'wlijo' (tukang sayur), sehingga saya tidak tahu berapa harga sayur-sayuran, ikan/daging serta bumbu-bumbu masakan. Saya juga tidak tahu berapa takaran jika ingin membeli sesuatu (kiloan/ons/dsb). Contohnya jika ingin membeli wortel, minimal bolehnya beli berapa, ternyata 1/4 kg bisa. Sebelumnyapun saya tidak tahu mana yang laos, jahe, kunci, kunyit dan kencur. Betul-betul belajar dari nol! Alhamdulillah ada mama yang jago memasak. Jadi saya tidak malu bertanya kalau sama mama sendiri. Beruntunglah para wanita lajang yang sudah bisa memasak sebelum menikah. Kata mama, "Nanti ya bisa-bisa sendiri". Saya percaya kalimat itu. Bisa karena biasa. Saya hanya mencatat bahan-bahan dan langkah-langkah memasak sambil saya bayangkan di imajinasi saya. Saya jarang ikut praktek langsung, masih malas waktu itu. Saya pikir, ah pokoknya gampang lah yang penting sudah tahu bahan dan cara memasaknya.

   Waktu walimatul ursy, bu Y (teman kajian yang mengkafani jenazah Ubay di cerita IUFD 3) bercerita, dulu awal-awal menikah suaminya selalu membanggakan masakan ibunya tapi lama-lama dia menjagokan masakan istrinya karena lidahnya sudah biasa dengan masakan istrinya. Itu benar. Awal-awal suami sering menyuruh saya berguru ke papanya karena papanya jago memasak, saya bilang kalau saya sudah berguru ke mama dan itu sudah cukup kok. Sekarang eh dia selalu bilang kalau masakan saya terbaik. Senin pagi dimasakin nasi goreng sama telur dadar, bilangnya terbaik. Siang dan malamnya dimasakin sayur asem dan oseng tahu tempe juga bilang terbaik. Selasa pagi dimasakin sayur sop dan tahu goreng juga bilang terbaik. Siang dan malamnya dimasakin semur ayam juga bilang terbaik. Alhamdulillah. Meskipun ada saat-saat dimana saya sendiri merasakan kalau masakan saya kurang sedap tapi suami masih dengan lahapnya menghabiskan makanannya (apa karena takut diomelin ya? (hehe), dia bilang kalau dia akan tetap memakan masakan saya karena saya sudah bersusah payah memasak. Ah terimakasih mas suami!

   Intinya dalam memasak itu bumbu yang dipakai ya itu-itu saja, bawang putih, bawang merah, garam dan merica. Selebihnya disesuaikan dari apa yang mau kita masak. Kalau sudah dua, tiga kali memasak masakan yang sama nanti akan hafal dengan sendirinya untuk bahan dan langkah-langkah memasaknya. Jangan lupa cicipin dulu masakan kita, entah mungkin kurang asin atau manis. Atau kalau kita kurang yakin, minta tolong orang di sekitar untuk mencicipi karena bisa jadi menurut kita sudah pas tapi menurut orang lain masih kurang asin. Dari seringnya jam terbang kita dalam memasak, keahlian itu terasah dengan sendirinya. Kalau lama tidak memasak bisa lupa juga lho. Hal yang membuat para koki atau ibu-ibu senang saat melihat orang lain memakan masakannya, apalagi dengan lahap, apalagi kalau dihabiskan, apalagi kalau tambah (embuh). Rasanya seperti kita berguna buat orang lain. Membuat orang lain kenyang rasanya seperti sudah membuat orang itu senang. Kitapun ikut senang. Saya kadang malas makan masakan saya sendiri, meskipun kata orang lain enak banget. Melihat orang lain makan masakan saya saja, saya sudah merasa kenyang. Mama juga berkata demikian. Apakah koki-koki/ibu-ibu yang lain juga merasakan hal yang sama?

   Ada satu lagi nih yang bikin saya tambah demen masak. Bumbu Bamboe! Tidak apa lah saya menyebut merk di sini. Jadi saya sering menggunakan bumbu Bamboe. Mama setiap kali masak rawon selalu menggunakan bumbu Bamboe rawon karena keluwek atau yang bikin kuahnya hitam pekat itu sulit dicari. Praktis pula. Kan tidak usah ngulek-ngulek bumbunya lagi. Saya jadi ikutan pakai Bamboe, awalnya juga Bamboe rawon, lalu ingin mencoba yang lainnya. Dan kenapa Bamboe, karena Bamboe adalah bumbu-bumbu alami yang dihaluskan TANPA tambahan pengawet atau penyedap. Kalau tidak percaya, lihat saja di komposisinya. Kalau merk lain, saya tidak jamin. Jadi bukan penyedapnya yang dicari, tapi cepatnya! Ya, saya tidak biasa memakai vetsin/penyedap tambahan. Jadi saya memakai bumbu Bamboe karena cari cepatnya, biar tidak usah mengupas-ngupas, memotong dan ngulek-ngulek karena bumbu Bamboe sama saja dengan bumbu alami biasanya, cuma sudah dihaluskan. Bamboe ini jika dibuka bungkusnya, di dalam akan ada bungkusnya lagi (ini bungkus yang sebenarnya). Bumbunya berupa bumbu halus yang sudah dimasak gitu (sepertinya), soalnya berminyak. Kalau bumbu lain kan berupa bubuk, tidak dengan Bamboe. Banyak pilihan bumbu Bamboe, seperti bumbu soto ayam/daging, opor, kare, bali, rendang, gulai, balado, asam manis dll. Warna bungkusnya putih tapi ada varian baru yang kemasan export, bungkusnya lebih bagus dan lebih mahal (menang gambar aja sih, isinya sama). Bumbu Bamboe ini sudah diekspor ke luar negeri lho. Kemasan putih ada yang besar dan kecil, yang besar harganya sekitar 4 ribuan, yang kecil sekitar 2500an. Kalau kemasan export harganya sekitar 6 ribuan. Sejauh ini saya sudah mencoba Bamboe rawon, opor, semur dan bali. Suami sangat suka! Yang terrrrbuaik (kata suami) yakni opor ayam saya yang menggunakan bumbu Bamboe. Tentu saja menggunakan ayam kampung. Saya 'gilo' kalau masakan ayam yang direbus-rebus kalau menggunakan ayam potong, wajib ayam kampung. Memang lebih mahal tapi ayamnya jelas tanpa suntikan. Baru kalau digoreng, tak apalah ayam potong tapi harus direbus dulu agar lemaknya terangkat dan air rebusannya dibuang. Menggunakan bumbu Bamboe ini mudah kok, tinggal tumis sebentar lalu tambahkan air matang/panas, masukkan bahan utama (daging/tahu/tempe/telur, tergantung apa yang mau kita masak), tambahkan garam secukupnya kalau kurang asin dan jika ingin lebih sedap tambahkan bawang goreng. Kalau seperti opor, kita harus menambahkan santan sendiri ya. Di kemasan Bamboe juga ada resepnya kok, jadi mudah sekali. Dan sesuaikan Bamboe yang kita beli dengan takaran masakan yang ingin kita masak. Kalau mau masak agak banyak ya Bamboenya juga lebih dari satu bungkus lah. Selanjutnya saya ingin mencoba Bamboe kare, rendang, soto daging dan balado. Aih membayangkannya saja, jadi excited! Masak jadi kelihatan gampang kan.. Tapi saya tidak mau dikasih embel-embel bisa masak karena pakai bumbu instan. Big no!

   Sekian, semoga tulisan saya bermanfaat. Intinya saya baru belajar masak pas sudah mau mendekati pernikahan dan benar-benar baru bisa masak seiring dengan berjalannya waktu saat saya sudah menikah! Jangan minder buat yang belum bisa memasak, asal ada kemauan untuk belajar pasti bisa. Masak itu bisa karena biasa dan karena tuntutan harus 'makani' suami (hehe).

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Senin, September 26

IUFD (3)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

   Intra Uterine Fetal Death (IUFD) atau janin meninggal di dalam kandungan, begitu vonis dokter. Dokter waktu itu belum bisa memastikan penyebab meninggalnya anak saya dan kapan tepatnya anak saya meninggal di dalam kandungan. Sebelumnya saya tidak pernah merasakan ada keluhan atau gangguan di perut yang begitu serius, pun tidak pernah keluar darah dari jalan lahir. Semua berjalan normal sehingga tidak ada rasa curiga sedikitpun. Jadi memang waktu itu karena sudah waktunya kontrol meskipun telat, makanya saya ke dokter. Mungkin kalau saya tidak ke dokter waktu itu, saya tidak akan tahu kalau janin yang selalu saya bawa ke mana-mana di dalam perut saya ini sudah tidak bernyawa, qodarullah. Dokter hanya mengatakan bisa jadi janin meninggal di dalam kandungan karena terlilit tali pusatnya atau tali pusatnya terpilin. Ini adalah dua hal yang berbeda. Kalau terlilit tali pusatnya, tali pusat janin (yang panjang itu) melingkar/mengalung di tubuh/kepala janin, sedangkan kalau tali pusat yang terpilin ialah tali pusat yang mbulet seperti terkepang, ada yang sampai menyimpul. Tali pusat ini sangatlah penting bagi janin karena ia mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi dari ibunya melalui tali pusat itu. Penyebab dan berapa lama anak saya meninggal di dalam kandungan baru bisa diketahui kalau anak saya sudah dilahirkan nanti. Dokter berkata, "Ini harus segera dilahirkan ya, bu". Dokter memberi surat rujukan ke Rumah Sakit Umum (RSU). Saya bertanya apa tidak bisa di rumah sakit swasta A saja, karena dari dulu saya ingin melahirkan di sana dan saya kurang suka pelayanan di rumah sakit umum itu. Dokter berkata sebaiknya di RSU saja karena untuk kasus seperti saya (IUFD), penanganannya lebih baik di sana, akan ada banyak ahli yang menangani. Saya pun mengiyakan. Lalu saya bertanya apakah nanti saya akan dikuret, kata dokter tidak tapi dilahirkan biasa. Saya belum mengerti, lalu saya bertanya lagi apakah akan dioperasi, kata dokter tidak tapi diusahakan dilahirkan secara normal dengan dirangsang (diinduksi), sama seperti orang hamil yang sudah waktunya melahirkan tapi bayinya belum keluar-keluar. Karena hari itu hari Sabtu, mau dirujuk besoknya pun tidak ada dokter jaga di RSU karena hari Ahad. Akhirnya dokter memberi rujukan besok lusanya yakni hari Senin.

   Biasanya sampai rumah saya langsung menceritakan hasil pemeriksaan kandungan tadi dengan ceria tapi kali ini tidak. Saya tidak mau orang rumah tahu dulu, saya belum siap. Saya langsung masuk kamar. Astaghfirullah.. Sungguh berat rasanya. Suami terus menenangkan saya. Waktu itu saya hanya berpikir tentang perasaan saya sendiri, saya lupa kalau suami pun pasti juga sangat sedih. Besoknya setelah saya dan suami sepakat, suami bercerita kepada orang tua saya. Saat itu saya hanya diam, saya tidak kuasa untuk berbicara. "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un", kata papa. Suami bercerita panjang lebar. Papa langsung menelepon ustad dan teman untuk menanyakan dan meminta tolong tentang pengurusan jenazah yang masih janin. Malamnya, saya mempersiapkan baju dan perlengkapan lainnya untuk ke RSU.

   Senin pagi, saya dan suami berangkat ke RSU. Saya masuk UGD terlebih dulu, diinfus. Untuk memastikan yang terakhir kali, perut saya diperiksa menggunakan alat pendeteksi detak jantung (fetal doppler) dan tidak ada suara. Waktu itu menunjukkan jam 2 siang, saya diberi obat induksi, satunya diminum dan satu lagi dimasukkan ke jalan lahir. 6 jam kemudian akan diobservasi kembali, apakah ada reaksi atau tidak. Jika belum ada, maka akan diberi obat lagi. Kemudian saya dipindahkan ke kamar bersalin. Tekanan darah saya diukur dan hasilnya tinggi, padahal biasanya tekanan darah saya rendah. Mungkin karena stres atau takut. Saya deg-degan bagaimana nanti jadinya, karena ini persalinan pertama saya. Tapi apapun insya Allah saya siap demi anak saya.

   Waktu maghrib, badan saya menggigil, demam dan pusing. Saya diberi obat demam. Suster bilang, seharusnya jam 8 waktu observasi tapi akan diundur menunggu demam saya sembuh dulu karena takut terjadi infeksi jika masih demam. Alhamdulillah suhu badan saya mulai stabil. Jam 10 malam pembukaan satu. Rasanya sungguh sakit. Mulas tidak karuan. Dibuat tidur tidak enak, dudukpun tidak enak. Suster menyuruh untuk tidur miring ke kiri supaya lebih sakit, jika semakin sakit maka akan semakin cepat prosesnya. Rasanya seperti dilep saat haid tapi lebih parah dan tidak hilang-hilang. Sungguh saya baru merasakan bagaimana perjuangan seorang ibu. Sangat luar biasa! Pun rasanya seperti mau BAB. Di awal sudah dijelaskan kalau nanti akan mulas dan seperti mau BAB tapi tidak boleh dikeluarkan/mengejan. Jam 2 pagi dicek lagi, sudah pembukaan kedua. Lalu sekitar jam setengah 4 pagi rasa sakit itu semakin kuat, rasanya luar biasa sakit di area panggul. Saya buat duduk tetap sakit, Lalu saya sudah tidak kuat lagi menahan, saya minta tolong suami untuk memanggilkan suster. Perasaan saya berkata saat itu sudah waktunya keluar dan benar saja, otomatis saya berposisi layaknya orang melahirkan, lalu anak saya pelan-pelan keluar dengan sendirinya tanpa saya mengejan. Mungkin karena masih kecil jadi tidak perlu mengejan. Dokter yang menangani saya pun belum datang karena memang ini lebih cepat dari yang diperkirakan, saat itu saya belum pembukaan sempurna, masih pembukaan 2, sehingga saya hanya ditangani oleh 3 orang suster. Alhamdulillah, tepat jam 4.05 di hari Selasa 13 Dzulqo'dah 1437 H/16 Agustus 2016 M anak saya lahir. Saat itu rasanya lega. Saya menengok melihat anak saya di depan kaki saya sebentar, lalu saya tidur lagi, lemas. Dia masih berada di dalam air ketuban yang masih utuh. Terlihat tali pusat yang di dekat udelnya terpilin. Kata suster, anak saya meninggal antara 3-6 hari yang lalu, dilihat dari air ketuban yang mulai menghitam/keruh. Kalau 1-2 hari yang lalu meninggalnya, air ketubannya masih berwarna bening. Kemudian anak saya diambil dan dibersihkan.

   Jam 7 pagi, papa saya yang hari itu cuti dan datang ke RS untuk menjemput jenazah anak saya agar segera dimakamkan. Suster memberitahu kalau anak saya berjenis kelamin laki-laki dan memberikan surat keterangan pemeriksaan kematian dari RS. Suami memberi nama anak saya Muhammad Ubay. Jenazah anak saya yang dibalut kain jarik waktu itu digendong papa persis di depan saya. Hati saya bergetar. Sementara saya masih pemulihan, papa dan suami bergegas pulang. Tinggalah saya sendiri di kamar bersalin, menunggu mama datang dari rumah.

   Di rumah, teman kajian yang dimintai tolong sudah datang, pak X dan bu Y juga tetangga kanan kiri yang baru saja mendengar kabar tentang anak saya. Suami memandikan jenazah Ubay, dibantu pak X. Lalu bu Y yang sudah biasa mengurus jenazah mengkafani jenazah Ubay. Papa dan mama sama sekali tidak tega melihat anak saya sehingga tidak ikut membantu memandikan dan mengkafani. Lalu mereka pergi ke masjid Al Hidayah, tempat walimatul ursy saya dan suami dulu, untuk menyolati jenazah Ubay. Bayi yang meninggal sebernarnya tidak wajib disholati, hukumnya sunnah. Kemudian jenazah anak saya dimakamkan di pemakaman belakang masjid.

   Agak lama, mama datang dari rumah. Katanya jenazah Ubay sudah dimakamkan dan suami saya istirahat sebentar di rumah, kasihan dari kemarin siang menjaga dan mengurus saya selama di RS, tidur hanya sebentar-sebentar, pasti capek sekali. Mama menceritakan kronologi pengurusan jenazah anak saya. Tak lama kemudian suami datang, gantian mama pulang. Dokter menyuruh saya USG lagi untuk memastikan apakah rahim saya sudah benar-benar bersih dari sisa melahirkan. Kalau rahim tidak bersih bisa jadi penyakit di kemudian hari. Ternyata waktu itu rahim saya dinyatakan belum bersih sehingga dokter menyarankan untuk segera dikuret. Saya langsung lemas. Saya berpikir segala kepayahan saya waktu melahirkan sudah selesai, namun ternyata belum. Apalagi membayangkan kuretase, saya jadi takut lagi.

   Setelah saya dan suami berdiskusi, serta minta pendapat orang tua saya, kami memutuskan untuk tidak mau dikuret dengan alasan ingin mencoba periksa di dokter kandungan lain, siapa tahu hasilnya berbeda dan saya tidak perlu dikuret. Sore hari di hari itu juga saya langsung pulang dari RS, keadaan saya sudah membaik. Besok malamnya saya langsung periksa ke dokter kandungan tapi bukan dokter tempat saya periksa biasanya. Alhamdulillah kata dokter rahim saya sudah bersih cuma ada sisa sedikit sekali, tidak perlu dikuret, cukup minum obat agar sisa itu keluar dengan sendirinya. Tali pusat terpilin bisa jadi karena janin hiperaktif dan saya tidak bisa merasakan gerakannya bisa jadi karena air ketuban agak banyak atau memang gerakan janin yang masih halus jadi belum terasa. Jika ingin memiliki anak lagi harus menunggu 3 bulan kemudian.

   Di rumah saya menanyakan secara detail tentang Ubay kepada suami karena saya hanya sekali melihat anak saya, itupun sebentar dan saat dia masih berada di dalam air ketubannya sehingga tidak terlalu jelas. Saya pun tidak sempat menggendongnya di detik-detik saat jenazahnya mau dibawa pulang ke rumah. Suami yang memandikan jenazah Ubay tentu melihat betul-betul setiap bagian tubuh anak saya. Tubuhnya masih kecil, tidak lebih besar dari telapak tangan orang dewasa. Matanya masih tertutup, mulutnya mangap, tubuhnya masih berwarna kemerahmudaan. Ya Allah... Pertemukan aku dengan anakku Ubay kelak di surga firdausMu, surgaMu yang paling tinggi. Kumpulkanlah aku, suami, orang tua, anak-anak, keluarga dan orang-orang yang aku sayangi di surga firdausMu. Aamiin.

   Dari Abu Musa al-Asy’ari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada malaikat, ‘Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?‘ Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah bertanya lagi, ‘Apakah kalian mencabut nyawa buah hatinya?‘ Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah bertanya lagi, ‘Apa yang diucapkan hamba-Ku?‘ Malaikat menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raajiun‘. Kemudian Allah berfirman, ‘Bangunkan untuk hambaKu satu rumah di surga. Beri nama rumah itu dengan Baitul Hamdi (rumah pujian)‘.”

   Dalam riwayat lain.
Dikatakan kepada anak yang mati ini, ‘Masuklah ke dalam surga’. Kemudian si anak mengatakan, ‘Tidak, sampai orang tuaku masuk surga’. Kemudian disampaikan kepadanya, ‘Masuklah kalian ke dalam surga bersama orang tua kalian'.
Semoga cerita saya ini bermanfaat, dapat menambah pengetahun pembaca terutama para wanita tentang IUFD. Terimakasih sudah mau membaca blog saya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

IUFD (2)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Lanjut ya..

   Selama saya hamil, saya tidak bisa merasakan bagaimana gerakan janin dari dalam perut, seperti apa itu gerakan janin karena ini kehamilan pertama saya, saya belum ada pengalaman sebelumnya. Saya takut keliru mengira ada gerakan janin ternyata justru itu perut saya sendiri yang belum terisi. Atau memang saya kurang sensitif ya. Saya mengira semua baik-baik saja. Saya selalu berdoa saat sujud untuk keselamatan anak saya dan kemudahan persalinan saya nantinya. Nafsu makan saya juga sudah mulai membaik, tidak terlalu rewel lagi seperti sebelumnya. Saya pun mulai giat, entah akhir-akhir ini badan saya terasa enteng, tidak berat seperti biasanya sehingga saya lincah beraktivitas lagi. Saya berpikir mungkin karena usia kandungan saya sudah memasuki trimester kedua. Kata orang usia kandungan 5 bulan adalah masa nyaman-nyamannya sebagai bumil. Ya saya syukuri saja. Saya usahakan selalu berpositive- thinking.

   Saya baru periksa lagi tanggal 13 Agustus 2016. Telat 3 minggu dari jadwal. Saya dan suami berpikir semuanya baik-baik saja dan kami tidak mau terlalu tergantung dengan dokter. Maksudnya pemeriksaan kehamilan tidak harus sesuai dengan yang dijadwalkan dokternya, telat sedikit tidak apa lah. Saya terus berkhusnudzon. Waktu itu usia kandungan saya memasuki usia 21 minggu atau 5 bulan lebih seminggu. Waktu USG biasanya cepat, dokter langsung mengatakan "Itu ya bu, bayinya." Tapi waktu itu agak lama. Entah.. Saya terus berpikir semua baik-baik saja. Dokter terus menelusuri perut saya dengan alat USG, cukup lama, lama, sampai dokter berkata "Janinnya sudah gak ada,  bu."

   Bagai disambar gledek. Tak terasa wajah saya basah. "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un", ucap suami saya yang duduk di belakang dokter. Saya terus memperhatikan monitor sambil terus menangis. Anak saya terpampang jelas di layar monitor tapi dia tidak bergerak sama sekali. Dia diam saja. Dokter menggoyang-goyang perut saya, tapi janin itu tetap diam. Padahal biasanya waktu USG dia aktif bergerak. Sekalipun diam, kalau perut saya digoyang sedikit saja dia akan bergerak lagi. Tapi ini berbeda. "Bu, ini tangannya ya bu. Saya goyang-goyang begini harusnya dia menarik tangannya. Tapi ini diam saja." kata dokter. Lalu terlihat deteksi detak jantung janin, sama sekali tidak ada. YA ALLAH........ "Bayi ibu meninggal di dalam kandungan", ucap sang dokter.

   Ya Allah, Engkau Maha Menghidupkan dan Mematikan segala sesuatu. Baru 21 minggu yang lalu Engkau menghidupkan makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil sekali di rahimku. Dan sekarang Engkau telah mengambil nyawanya.

   Mulut saya terkunci tapi mata saya terus meneteskan air mata. Saya sangat shock, tentu saja. Bayangkan, anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya, anak yang sangat saya cintai semenjak dia muncul dan tinggal di rahim saya, anak yang sering saya ajak ngobrol berharap dia mendengar dari dalam perut saya, dia anak pertama saya, sudah tiada.

Lanjut ke IUFD (3).. 

Wassamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh