Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Di kesempatan pertama menulis ini, saya akan membagikan pengalaman pertama saya sebagai ibu hamil sampai saya melahirkan kemarin. Tujuan saya sekedar berbagi pengalaman. Semoga bermanfaat.
Alhamdulillah, setelah sebulan menikah saya dinyatakan positif hamil. Syukur yang sangat besar karena termasuk cepat. Saya menikah tanggal 4 Jumadil Ula 1437 H/13 Februari 2016 M, lalu haid terakhir tanggal 22 - 28 Maret 2016. Usia kehamilan dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Jadi kehamilan saya dihitung dari tanggal 22 Maret. Saya kontrol kehamilan di seorang dokter di Kota Probolinggo, dokter yang menangani ibu saya melahirkan dulu. Saya dan adik-adik saya dulu dilahirkan dibantu oleh beliau. Kini gantian saya yang menggunakan jasa beliau. Mungkin karena sugesti ibu, jadi saya ogah ke dokter lain, sudah cocok dengan dokter tersebut. Dokternya laki-laki, sudah agak tua, tidak banyak bicara, baru kalau pasiennya bertanya dokternya menjawab. Beliau non muslim. Nah sebenarnya hal ini pun telah diatur di agama tercinta kita, agama yang paling sempurna, satu-satunya agama yang diridhoi Allah Azza Wa Jalla, agama yang telah mengatur semua aspek kehidupan kita, salah satunya tentang bagaimana jika kita berobat. Jika berobat tetap didahulukan yang melakukan pengobatan pada pria adalah dari kalangan pria, begitu pula wanita dari sesama wanita. Jika aurat wanita dibuka, maka yang pertama didahulukan yang memeriksa adalah dokter wanita muslim, lalu kedua dokter wanita kafir, kemudian dokter laki-laki muslim dan terakhir dokter laki-laki kafir. Sedangkan saya langsung memilih dokter yang harusnya jadi pilihan terakhir, yang harusnya kalau tidak menemukan dokter wanita muslim, dokter wanita kafir dan dokter laki-laki muslim lagi baru memilih dokter laki-laki kafir sebagai dokter kandungan karena pastilah kalau periksa dilihat auratnya (minimal perut waktu USG). Karena kurangnya tawakal saya, astaghfirullah, saya jadi pakai alasan 'ya sregnya di dokter itu sih'. Saya pun sudah minta ijin suami untuk periksa ke dokter tersebut dan suami mengijinkan. Jadi kami yang tinggal di Surabaya akhirnya sering pulang ke Probolinggo (rumah orang tua saya) untuk periksa kehamilan.
Awal-awal kehamilan saya disuruh kontrol tiap 2 minggu sekali, mungkin karena masih trimester pertama jadi masih rawan. Masya Allah waktu saya lihat layar USG, ada bunderan kecil di perut saya. Lalu saya disuruh tes toxoplasma dan hasilnya alhamdulillah negatif. Waktu itu saya merasakan betul perubahan di diri saya semenjak hamil, mual, tidak nafsu makan, badan jadi berat, malas ngapa-ngapain. Saya waktu itu kebanyakan tidur-tiduran saja. Mood juga luar biasa naik turun, luar biasa rewel. Kasihan sekali suami, saya minta tolong beliin ini itu karena saya sukanya jajan di luar, tidak mau makan nasi. Makanya berat badan saya jadi turun. Tapi kalau di rumah orang tua saya, saya jadi banyak makan. Mungkin gara-gara home sick kali ya. Dokter memberi saya vitamin, penguat kandungan dan obat untuk mual. Obat untuk mual jarang saya minum karena saya tidak suka tergantung pada obat, kalau tidak butuh sekali ya tidak usah. Di samping itu dari dulu saya sudah rutin minum habatussauda. Meskipun berat badan saya turun, dokter bilangnya semua normal karena hal itu wajar bagi bumil yang mual dan tidak nafsu makan.
Tanggal 11 Juni 2016 saya kontrol ke dokter ditemani suami. Waktu itu usia kandungan saya 12 minggu/3 bulan. Masya Allah, waktu diUSG dia gerak-gerak seperti sedang berenang, ya memang betul seperti berenang karena dia berada di dalam air ketuban. Dia masih kecil sekali tapi bentuknya sudah menyerupai manusia pada umumnya. Berlinanglah air mata saya saat melihat anak saya di monitor. Luar biasa kuasa Allah. Bagaimana bisa rahim saya yang sebelumnya kosong, kini ada makhluk hidup lain yang hidup di rahim saya, jika itu bukan karena kuasa Allah. Allah yang Maha Menghidupkan segala sesuatu. Saat itu dokter menyuruh saya kontrol lagi 2 minggu kemudian, tanggal 25 Juni 2016.
Saya kembali kontrol tanggal 25 Juni 2016. Semuanya tetap berjalan normal, janin sehat. Tapi tidak ada hasil print USG karena saya tidak minta. Di dokter ini memang kalau pasien minta diprint baru diprintkan. Biaya jasa dokter 60 ribu dan hasil print USG nambah 10 ribu (kalau minta diprint). Di sini memang tarifnya paling murah dibandingkan dokter-dokter lain di Probolinggo. Untuk vitamin dan obat pasien menebus sendiri ke apotek terdekat. Dokter menyuruh periksa lagi bulan depan yakni tanggal 23 Juli 2016 karena sudah melewati masa rawan. Pemeriksaan berubah menjadi sebulan sekali.
Sekian, lanjut ke IUFD (2) ya..
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar