Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ijinkan saya berbagi cerita. Lagi-lagi saya rindu dengan Ubay, anak saya. Tidak bermaksud untuk terus menerus larut dalam kesedihan karena di agama Islam tidak boleh meratapi mayit. Saya sudah ikhlas dengan kepergian Ubay, hanya kadang saya rindu dan sangat ingin melihat rupanya seperti apa, karena setelah dia lahir, saya sama sekali tidak melihat rupanya dengan jelas. Setelah Ubay dinyatakan meninggal di dalam kandungan lalu saya melahirkan dia, saya belum sempat melihat rupanya seperti apa. Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya yang berjudul IUFD, setelah ia keluar dari jalan lahir, saya langsung lemas dan hanya menengok melihat sekilas Ubay yang masih berada di depan kaki saya. Ia masih terbungkus air ketubannya yang masih utuh. Sampai ia dibawa suster lalu saya tertidur. Waktu saya bangun, papa saya sudah di depan saya dan membawa Ubay yang telah dibungkus kain jarik ke rumah untuk dimandikan, dikafani, disholati dan segera dimakamkan. Sampai sekarang pun saya hanya bisa membayangkan rupa Ubay seperti apa. Wajahnya seperti apa, matanya seperti apa, hidungnya seperti apa, mulutnya seperti apa, telinganya seperti apa, tangan dan kaki mungilnya seperti apa, dia besarnya seberapa. Semua itu hanya sanggup saya bayangkan dari penjelasan suami yang memandikan jenazah Ubay, karena memang tidak terpikirkan dan tidak sempat untuk memfoto jenazah Ubay. Mungkin orang-orang berpikir kasihan Ubay, sudah tidak ada buat apa difoto-foto segala, lebih baik segera dimakamkan saja.
Kata suami, Ubay besarnya seukuran telapak tangan orang dewasa, organnya semua insya Allah sudah lengkap, ada mata, hidung, telinga, mulutnya mangap, tangan dan kaki sampai ke jari-jarinya pun sudah lengkap dan saling terpisah, tidak lengket atau menyatu seperti pembentukan janin di usia yang lebih muda. Kepalanya masih agak lonjong sedikit. Badannya masih berwana kemerahmudaan. Lagi-lagi saya hanya bisa menerka-nerka. Jika ikhlas perlu diucapkan, insya Allah saya sudah ikhlas. Saya mengharap dosa-dosa saya dihapus dan mendapat pahala dari Allah atas ujian itu. Saya hanya rindu dan ingin tahu rupa Ubay. Lalu saya iseng mencari foto janin yang mengalami IUFD di internet. Saya menemukan foto yang sekiranya seperti Ubay dan saya tanya kepada suami, benar kata suami Ubay seperti itu.
Maaf kalau harus saya blur dan edit menjadi hitam putih, saya takut ada pembaca yang tidak tega atau shock jika melihat foto aslinya. Terlihat di foto, janin tersebut kurang lebih setelapak tangan manusia. Ya Allah, melihat foto tersebut bisa sedikit mengobati kerinduan saya. Saya jadi mempunyai bayangan Ubay seperti apa. Perlu saya ceritakan lagi, saat Ubay dinyatakan meninggal oleh dokter, diperkirakan Ubay sudah meninggal sekitar beberapa hari. Saat sudah dilahirkan, air ketubannya yang masih utuh sudah keruh yang berarti bahwa Ubay meninggal sudah 3 hari lebih. Jadi saat saya membawa Ubay kemana-kemana di dalam perut, saya tidak mengetahui kalau Ubay sudah meninggal. Ingin rasanya memeluk Ubay lebih lama di dalam perut saya ini.
Saat saya bersilaturahim ke rumah saudara saya, pembantunya tanya apa saya sudah hamil dan saudara saya itu menjawab bahwa saya baru megalami abortus. Ingin rasanya saya berkata BUKAN abortus melainkan IUFD dan menjelaskan apa itu IUFD, tapi daripada ruwet dan berbuntut panjang jadi saya diam saja, biarlah toh tidak berpengaruh, mungkin mereka memang tidak paham. Namun setelah pulang, saya masih kepikiran dan sedikit tidak terima Ubay dikatakan abortus. Abortus sendiri artinya adalah keguguran. Tentu beda kan, antara keguguran dan IUFD. Apa bedanya? JELAS BEDA.
Keguguran adalah meninggalnya janin di dalam kandungan sebelum berusia 20 minggu (trimester pertama), sedangkan IUFD adalah meninggalnya janin di dalam kandungan di atas usia 20 minggu (trimester kedua atau ketiga) dan memiliki organ yang sudah lengkap. Sementara Ubay meninggal saat usianya 21 minggu (trimester kedua). Penanganannya pun berbeda. Keguguran akan dikuret, sedangkan IUFD diusahakan dilahirkan secara normal atau kalau darurat dengan operasi, jadi seperti melahirkan bayi yang hidup. Baru kalau janin sudah dilahirkan tapi masih ada sisa jaringan darah di rahim atau rahimnya belum bersih, sesudah itu baru dikuret untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan darah yang tertinggal di rahim. Untuk IUFD benar-benar diusahakan dilahirkan secara normal dulu karena setidaknya 3 bulan setelah melahirkan, sang ibu sudah bisa program hamil lagi. Namun jika dalam kondisi darurat opsi terakhir adalah operasi. Kenapa operasi adalah pilihan akhir, karena pemulihan paskah operasi bisa lebih lama sehingga sang ibu harus menunggu lebih lama untuk boleh hamil lagi. Alhamdulillah saya 2 bulan setelah melahirkan Ubay sudah boleh hamil lagi dan tanpa perlu dikuret karena dinyatakan sudah bersih. Sekarang saya dan suami sedang berusaha untuk dapat segera hamil lagi. Namun Allah yang lebih tahu kapan waktu yang tepat untuk saya diberi amanah itu lagi. Bagaimanapun juga Ubay saat meninggal usianya 21 minggu dan organnya sudah lengkap, jadi TIDAK BISA DISAMAKAN dengan keguguran. Saya juga melahirkan Ubay secara normal layaknya melahirkan bayi yang hidup, bukan dikuret. Itu yang membuat saya tidak terima kalau ada yang bilang atau menyamakan antara IUFD dengan keguguran.
Semoga tulisan saya ini bermanfaat untuk kalian dan jangan ada lagi penyamaan antara IUFD dengan keguguran. Mungkin bagi orang lain terlihat sepele, tapi bagi saya sendiri sebagai seorang ibu yang pernah mengalami IUFD merasa sedih kalau dikatakan saya keguguran, padahal IUFD dan keguguran itu BERBEDA.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:
Posting Komentar